Senin, 19 Juli 2010

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. ( Natoadmojo, 2003 )

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja. (Ngastiyah, 2000)

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara-negara berkembang karena menurut World Healt Organisation (WHO), penyakit Diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karna access pada sanitasi masih terlalu rendah . Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. (Azwar, 2009)

Diare merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada anak – anak. Diperkirakan pada anak setiap tahunnya mengalami Diare akut atau gasrtroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Di Amerika Serikat, diperkirakan 8.000.000 pasien berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien dirawat di rumah sakit tiap tahun (1,5 % merupakan pasien dewasa) yang disebabkan karena Diare. (Restu, 2005).

Di Indonesia terdapat empat dampak kesehatan oleh pengolahan air dan sanitasi yang buruk, yakni Diare, Tifus, Polio dan Cacingan. Hal survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian Diare pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000 penduduk dan terjadi 1 – 2 kali per tahun pada anak –anak berusia dibawah 5 tahun. (Elok Dyah Messwati, 2008)

Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi dengan jumlah penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak bersih. (Profil Kesehatan Indonesia, 2008)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2007, jumlah penderita Diare sebanyak 52.278 orang dan 14.493 atau sebesar 28% diantaranya adalah balita. Secara keseluruhan dilaporkan 10 penderita Diare meninggal dunia. Untuk penderita Diare, masih menurut data hasil survailans, paling banyak diderita oleh warga berusia antara 1 – 4 tahun atau yang masih tergolong balita. Pada usia ini, jumlah penderita adalah sebanyak 7.379 orang. Data surveilens juga menyebutkan penderita Diare dari warga Sulawesi Selatan yang berusia 5 – 9 tahun mencapai 2.955, usia 10 – 14 tahun sebanyak 1.746 orang, usia 15 – 19 tahun sebanyak 1.467 orang, usia 55 – 59 tahun sebanyak 856 orang, usia 60 – 69 tahun sebanyak 1.125 orang dan diatas usia 70 tahun sebanyak 554 orang. (Dinkes Sul-Sel, 2008)

Kejadian Diare di Puskesmas Bara-baraya kota Makassar memberikan gambaran bahwa dari 10 penyakit yang menonjol, salah satu adalah Diare menempati urutan ke-2 yaitu pada tahun 2008 kejadian Diare sebanyak 598 orang sedangkan pada tahun 2009 kejadian Diare sebanyak 765 orang sehingga penderita cenderung meningkat setiap tahunnya.

Bertitik tolak dari pelayanan kesehatan yang bersifat preventif, maka faktor lingkungan memegang peranan penting untuk keberhasilan program pengendalian penyakit Diare. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan adalah dengan memperbaiki sanitasi lingkungan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah dan penyediaan jamban keluarga.

Berdasarkan uraian diatas bahwa masalah sanitasi lingkungan berpengaruh terhadap kejadian Diare. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di Puskesmas Bara-baraya Kota Makassar untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Diare.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya Makassar.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Baraya-Baraya Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar.

b. Untuk mengetahui hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar.

c. Untuk mengetahui hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya Makassar.

d. Untuk mengetahui hubungan pemanfaatan jamban dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Bara–Baraya Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Departemen Kesehatan yang berkaitan dengan kejadian Diare di Indonesia.

2. Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khusus mengenai kesehatan lingkungan.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat mengenai studi sanitasi lingkungan.

4. Peneliti

Penelitian ini sebagai wujud dan aplikasi ilmu yang diperoleh peneliti selama mengikuti perkuliahan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Variabel

1. Tinjauan Umum Tentang Diare

a. Pengertian Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lender, darah atau lendir saja.

b. Etiologi

Penyebab Diare dapat dibagi dalam beberapa factor:

1). Factor infeksi

(a). Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama Diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut:

(1). infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

(2). infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrivirus dan lain-lain.

(3). infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides); protozoa (Entamoeba histolityca, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida albicans).

(b). infeksi parenteral; infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis/ tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

2). Factor malabsorbsi

(a). Malabsorbsi karbohidrat; disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa).

(b). Malabsorbsi lemak

(c). Malabsorbsi protein

3). Factor makan

Makanan basi, beracun, alergi, terhadap makanan.

4). Factor Psikologis

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

c. Patofisiologi

Sebagai akibat Diare baik akut maupun kronik akan terjadi:

1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolic, hipokalemia).

2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).

3) Hipoglikemia.

4) Gangguan sirkulasi darah.

d. Manifestasi Klinik

Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul Diare. Tinja cair, mungkin disertai lender atau lender dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama Diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah Diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibab gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak; yaitu berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik.

e. Pentalaksanaanya

penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan tertentu (mis, prednisone) dapat mengurangi beratnya Diare dan penyakit.

Untuk Diare dengan dehidrasi ringan, cairan oral serta larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehidrasi pasien. Untuk Diare dengan dehidrasi sedang akibat sumber non-infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti difenoksilat (lomltil) dan loperamit (Imodium) juga diberikan untuk menurunkan mortilitas. Preparat antimicrobial diberikan bila preparat infeksius telah teridentifikasi atau bila Diare sangat berat. (Ngastiyah, 1997)

Terapi cairan intravena mungkin diberikan untuk anak kecil atau lansia. (Brunner & Suddart, 2001)

2. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan

Pengertian sanitasi menurut World Health Organization (WHO) adalah usaha pengetahuan dari semua faktor-faktor fisik manusia yang mungkin menimbulkan hal-hal yang telah mengikat bagi perkembangan fisik kesehatan dan daya tahan tubuh. (Anwar Daud, 2002)

Sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan fisik, biologis social dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.

Pentingnya lingkungan yang sehat telah dibuktikan oleh WHO dengan penyelidikan-penyelidikan diseluruh dunia dimana didapatkan bahwa angka kematian (mortalitas), angka perbandingan orang sakit (morbiditas) yang tinggi sama seringnya terjadi endemic di tempat-tempat dimana hygiene dan sanitasi lingkungannya buruk.

a. Penyebab Kematian Bayi

Menurut WHO, bahwa Negara-negara yang sedang berkembang terdapat banyak penyakit kronis endemik, sering terjadi epidemic. Angka kematian bayi dan anak-anak yang tinggi disebabkan oleh : ( Enjang, 2000 )

1) Pengotoran penyediaan air rumah tangga

2) Infeksi karena langsung ataupun tidak dengan faeces manusia

3) Infeksi yang disebabkan oleh anthropoda, mollusca dan vector-vektor lainnya.

4) Pengotoran air susu dan makanan lainnya

5) Perumahan yang terlalu sempit

6) Penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.

b. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Sanitasi lingkungan lebih menekankan pada pengawasan, pengendalian atau control pada faktor lingkungan manusia, sebagaimana dikemukakan oleh WHO ada 7 (tijuh) kelompok ruang kesehatan lingkungan yaitu : ( Anwar Daud. 2002 )

1) Problem air

2) Problem barang atau benda sisa atau bekas seperti air limbah kotoran manusia dan sampah

3) Problem makanan dan minuman

4) Problem perumahan dan bangunan lainnya

5) Problem pencemaran udara, air dan tanah

6) Problem pengawasan anthropoda dan rodiatis

7) Problem kesehatan kerja

c. Hubungan Lingkungan dengan Vektor Penyakit

Beberapa masalah lingkungan yang berhubungan dengan vector penyakit adalah :( Depkes RI, 2001 )

1) Perubahan lingkungan fisik oleh kegiatan pertambangan, pembangunan perumahan dan industry yang mengakibatkan timbulnya tempat berkembang biaknya vector penyakit.

2) Pembangunan bendungan akan beresiko berkembang biaknya vector penyakit.

3) System penyediaan air dengan perpipaan yang belum menjangkau seluruh penduduk sehingga masih diperlukan container untuk penampungan penyediaan air.

4) Sistem drainase pemukiman dan perkotaan yang tidak memenuhi syarat sehingga menjadi tempat perindukan penyakit.

5) Sistem pengelolaan sampah yang belum memenuhi syarat menjadikan sampah sarang vektor penyakit.

6) Perilaku sebagian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, nyaman dan aman masih belum memadai.

7) Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dalam pengendalian vector penyakit secara kimiawi, beresiko timbulnya keracunan dan pencemaran lingkungan.

a. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air.

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat.

1) Golongan air

Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan-golongan air tersebut, antara lain :

a) Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan pathogen atau zat kimia beracun.

b) Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN <50/100>

c) Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5000/100>

d) Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100 cc.

e) Air dengan penjernihan khusus; MPN >250.000/100 cc.

MPN di sini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri koliform dalam 100 cc air).

2) Sumber air bersih dan aman

Air yang diperuntukan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain:

(a) Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

(b) Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

(c) Tidak berasa dan tidak berbau.

(d) Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestic dan tumah tangga.

(e) Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen Kesehatan RI.

3) Mekanisme penularan penyakit

(a) Waterborne mechanism

Di dalam mekanisme ini,kuman pathogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau system pencernaan. Contoh penyakit yang ditularakn melalui mekanisme ini antara lain kolera, tifoid, hepatitis viral, disentri basiler, dan poliomyelitis.

(b) Waterwashed mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu:

(1) Infeksi melalui alat pencernaan, seperti diare pada anak-anak.

(2) Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.

(3) Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis.

(c) Water-based mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agens penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vector atau sebagai intermediate host yang hidup di dalam air. Contohnya skistosomiasis dan penyakit akibat Dracunculus medinnensis.

(d) Water-related insect vector mechanism

Agens penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak di dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever. (Budiman Chandra,2006)

4) Sumber dan Karakteristik Air Bersih

(a) Sumber Air Bersih

Berbagai air bersih yang dapat digunakan untuk kepentingan aktivitas dengan ketentuan harus yang memenuhi syarat yang sesuai dari segi kontruksi sarang pengolahan, pemeliharan dan pengawasan kualitasnya, urutan sumbernya air bersih berdasarkan kemudahan pengolahan dapat berasal dari: (Depkes RI, 1998)

(1) Perusahaan Air Minum (PAM).

(2) Air tanah (sumur pompa, sumur bor, dan artesis)

(3) Air hujan

(b) Karakteristik Sumber Air

(1) Perusahaan air minum (PAM) dari segi kualitas relative sudah memenuhi syarat (fisik, kimia, dan bakteriologis)

(2) Air tanah: mutu air sangat di pengaruhi keadaan geologis setempat.

(3) Air hujan: biasanya bersifat asam, CO2 bebas, tinggi, mineral rendah, kesadahan rendah.

b. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Sampah

Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Budiman Chandra, 2006)

Menurut Kasnoputranto, bahwa sampah adalah suatu bahan atau benda padat yang terjadi karena hubungan dengan aktivitas manusia sudah tidak dipakai lagi, tidak disegani dan dibuang dengan cara saniter. Banyak para ahli-ahli mengajukan batasan-batasan lain, tapi pada umumnya mengandung prinsip yang sama yaitu: (Aryanto dan Dewi, 2002)

1) Adanya suatu benda atau zat padat atau bahan.

2) Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan aktivitas manusia.

3) Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi, tak disenangi dan dibuang dalam arti pembuangan dengan cara yang diterima oleh umum.

(a) Pembagian sampah

Sampah dibagi menjadi beberapa kategori, sebagai berikut : (Budiman Chandra, 2006)

(1) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya

Ø Organic, misalnya : sisa makanan, daun, sayur, dan buah.

Ø Anorganik, misalnya : logam, pecah–belah, abu dan lain-lain.

(2) Berdasarkan dapat atau tidaknya dibakar.

Ø Mudah terbakar, misalnya : kertas plastik, daun kering, dan kayu.

Ø Tidak mudah terbakar, misalnya : kaleng, besi, gelas, dan lain-lain.

(3) Berdasarkan dapat atau tidaknya membusuk.

Ø Mudah membusuk, misalnya : sisa makanan, potongan daging dan sebagainya.

Ø Sulit membusuk, misalnya : plastik, karet, kaleng, dan sebagainya.

(4) Berdasarkan ciri atau karakteristik.

Ø Garbage, terdiri atas zat-zat yang mudah membusuk dan dapat terurai dengan cepat, khususnya jika cuaca panas. proses pembusukan seringkali menimbulkan bau busuk. sampah jenis ini dapat ditemukan ditempat pemukiman, rumah makan, rumah sakit, pasar, dan sebagainya.

Ø Rubbish, terbagi menjadi dua :

Rubbish mudah terbakar terdiri atas zat- zat organik, misalnya : kertas, kayu, karet, daun kering, dan rubbish tidak mudah terbakar terdiri atas zat-zat anorganik, misalnya : kaca, kaleng, dan sebagainya.

(b) Pengelolaan sampah

(1) penyimpanan sampah (storage)

merupakan tempat penyimpanan sementara sebelum diangkut atau dibuang ke tempat pembuangan tarakhir, storage sebaiknya :

v Terbuat dari bahan-bahan lama, tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan.

v Harus ditutup sehingga tidak menjadi tempat bersarangnya serangga atau binatang-binatang lainnya seperti tikus, lalat dan kecoa.

v Ditempatkan diluar rumah

(c) Pengangkutan atau pengumpulan sampah (collection)

sampah untuk ditampung dalam tempat sampah sementara dikumpul dan dibuang. Pada pengumpulan dan pengangkutan sampah dapat dapat dilakukan perorangan, pemerintah dan swasta.

(1) Pembuangan sampah

Tempat pembuangan sampah akhir harus memenuhi syarat kesehatan yaitu :

v Tidak dekat dengan sumber air

v Lokasi tempat pembuangan sampah bukan daerah banjir.

v Jauh dari tempat pemukiman penduduk

Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan member dampak buruk terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan.

c. Tinjauan Umum Tentang Pengelolaan Air Limbah

Air limbah menurut Metcalfn dan Eddy adalah kombinasi dari cairan dan sampah, sampah cair berasal dari daerah pemukiman, perkotaan dan industry bersama-sama dengan air hujan yang mungkin ada.

Azrul Azwar mendefinisikan air limbah adalah kotoran air bekas atau air bekas tidk bersih yang mengandung berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia dan hewan lainnya yang muncul karena hasil perbuatan manusia. (Anwar Daud, 2000)

1) Sumber air limbah

(a). Air limbah yang berasal dari rumah tangga.

Contoh: ai bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi,dan sebagainya.

(b). Air limbah yang berasal dari perkotaan.

Contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.

(c). Air limbah yang berasal dari industry.

Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet.

(d). Air limbah yang berasal dari sumber lain seperti air hujan yang bercampur dengan comberan.

2). Syarat-syarat sarana pembuangan air limbah

sarana pembuangan air limbah yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (Anwar Daud, 2000)

(a) Tidak mencemari sumber air bersih

(b) Tidak menimbulkan genangan air

(c) Tidak menimbulkan bau

(d) Tidak menimbulkan tempat berlindung dan tempat berkembang biak nyamuk dan serangga lainnya.

3). Karakteristik air limbah

Karakteristik air limbah perluh dikenal, karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar, karakteristik air limbah di golongkan menjadi:

(a). Fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspense. Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti kerutan sabun, berbau, kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas berwarna, cucian beras, sayur dan sebagainya.

(b). Kimiawi

Air bangunan mengandung zat-zat kimia organic yang berasal dari air bersih yang bercampur dengan bermacam-macam zat organic berasal dari pancuran tinggi urin, sampah-sampah dan lain sebagainya.

(c). Bakteriologis

Kandungan bakteri patogen serta organism terdapat juga dalam air limbah tergantung darimana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengelolaan air limbah.

4). Gangguan terhadap kesehatan

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung dalam sisa limbah bila air limbah tidak dikelola maka akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain: (Notoatmojo, 1997)

(a). Menjadi transmisi atau media penyerangan sebagai penyakit terutama Kolera, Typus abdomalis, dan Disentri bakteri.

(b). Menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme pathogen.

(c). Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup virus nyamuk.

(d). Menimbulkan bau yang tidak enak serta bau yang tidak sedap.

(e). Merupakan sumber pencemaran air permukaan tanah dan lingkungan hidup lainnya.

(f). Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak nyaman dan sebagainya.

5). Pengelolaan air limbah

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah, di antaranya:

(a). Pengenceran

Air limbah dibuang kesungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri pathogen, larva dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.

(b). Cesspool

Betuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembungan air limbah. Dibuat pada tanah yang porous (berpasir) agar air buangan mudah meresap ke dalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila cesspool sudah penuh (kurang lebih 6 bulan), lumpur di dalamnya dapat diisap keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai sehingga bila yang satu penuh, air akan mengalir ke cesspool berikutnya. Jarak cesspool dengan sumur air bersih adalah 45 m dan minimal 6 m dari pondasi rumah.

(c). Sumur resapan

Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam system lain, misalnya dari aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang porous, dengan diameter 1-2,5 m dan kedalaman 2,5 m. lama pemakaian dapat mencapai sekitar 6-10 tahun.

(d). septic tank

Septik tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelola air limbah walau biayanya mahal rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septik tank memiliki 4 bagian, antara lain:

Ø Ruang pembusukan

Ø Ruang lumpur

Ø Dosing chamber

Ø Bidang resapan

(e). System Riool

System riool menampung semua air kotor dari rumah maupun dari perusahaan, dan terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk menampung air hujan, system riool ini disebut combined system, sedangkan jika bak penampung air hujannya dipisahkan maka disebut separate system. Agar tidak merugikan kepentingan lain, air kotor dialirkan ke ujung kota, misalnya ke daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu masih memerlukan pengolahan.

Proses pengolahan yang dilakukan, antara lain:

v Penyaringan (screening)

v Pengendapan (sedimentation)

v Proses biologis

v Disaring dengan saringan pasir (sand filter)

v Desinfeksi

v Pengenceran

d. Tinjauan Umum tentang Jamban Keluarga

Jamban keluarga adalah suatu yang dikenal dengan WC dimana digunakan untuk membuang kotoran manusia atau tinja dan urine bila mana pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan berbagai penyakit saluran pencernaan separti Diare dan Cholera.

Pembuangan kotoran yang baik hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

1) Tidak mengotori tanah permukaan di sekeliling jamban tersebut.

2) Tidak mengotori air permukaan di sekelilingnya.

3) Tidak mengotori air tanah disekitarnya.

4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga, terutama lalat, kecoak dan binatang lainnya.

5) Tidak menimbulkan bau.

6) Mudah dipergunakan dan dipelihara.

7) Sederhana desainnya.

8) Murah.

9) Dapat diterima oleh pemakainya.

Agar persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi maka perluh diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (Notoatmojo, 1997)

(a) Sebaiknya jamban tersebut tertutup, bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan, seranggadan binatang lain, terlindung dari pandangan orang.

(b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya.

(c) Bangunan jamban sedapat mungkin tersedia alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.

Adapun berikut ini macam-macam jenis jamban adalah sebagai berikut: (Entjang Indan, 2000)

v Pit-Privy (Cupluk)

Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang kedalam tanah dengan diameter 80-120 cm, sedalam 2,5-8 meter, dindingnya diperkuat dengan batu bara. Dapat ditembok agar tidak mudah ambruk, lama pemakaian 5-15 tahun.

v Aqua-Privy (Cupluk berair)

Terdiri atas bak yang kedap air, diisi didalam tanah sebagai pembuagan. Untuk jamban ini agar berfungsi dengan baik perluh pemasukan air setiap hari, baik sedang digunakan atau tidak. Pembuangan tinja dengan jarak dari sumber air minimal lebih dari 10 m.

v Water seated latrine (angsa trine)

jamban ini bukanlah merupakan jamban tersendiri tapi hanya modifikasi closetnya saja. Pada jamban ini closetnya berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat sebagai bau busuk tidak tercium diruangan jamban

e. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Perumahan

Sanitasi perumahan adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan dan pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan sebagai tempat berlindung yang mempengaruhi derajat keshatan manusia. Sarana sanitasi tersebut antara lain ventilasi, suhu, kelembapan, kepadatan hunian, penerngan alam, konstruksi bangunan, sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan penyediaan air bersih. (Azwar, 1990)

3. Tinjauan Umum Tentang Hubungan Sanitasi Lingkugan dengan Kejadian Diare

Pengertian sanitasi adalah sesuatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Azwar,1990).

Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional.

B. Kerangka Konsep Penelitian

1. Kerangka Konsep penelitian

Berdasarkan tujuan kepustakaan bahwa kejadian Diare dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan yaitu yang terdiri dari penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah dan pemamfaatan jamban. Kita ketahui bahwa sanitasi lingkungan merupakan pengawasan lingkungan fisik, biologis, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia, dimana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak sedangkan yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Hasil yang diharapkan dari sanitasi lingkungan yang baik, yaitu tergantung dari peningkatan kualitas lingkungan dengan memperbaiki sanitasi lingkungan air bersih, penyediaan jamban keluarga, pengelolaan air limbah dan pengelolaan sampah. Terciptanya sanitasi lingkungan yang baik akan menurunkan atau mengurangi kejadian Diare pada masyarakat. Hal ini terkait dengan pemamfaatan sanitasi lingkungan, yang membawa dampak positif dalam kehidupan dan akan terhindar dari penyakit.

Adapun gambaran dari kerangka konsep pada peneltian ini dapat dilihat pada bagan sebagai berikut:

Penyediaan air bersih

Pengelolaan sampah

Pengelolaan air limbah

Pemanfaatan jamban

Sanitasi perumahan

Kejadian diare


Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

2. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya Makassar.

3. Definisi operasional dan Kriteria Objektif.

a. Diare

Yang dimaksud diare dalam penelitian ini adalah terjadinya pengeluaran cairan berturut-turut lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan konsistensi dan bentuk tinja dari penderita yang bersangkutan.

kriteria objektif :

Diare : jika responden terdiagnosa Diare oleh dokter.

Tidak diare : jika tidak terdiagnasa Diare oleh dokter.

b. Penyediaan air bersih

Yang dimaksud penyediaan air bersih dalam penelitian ini adalah air yang digunakan oaleh responden dan anggota keluarganya dalam kehidupan sehari-hari.

Kriteria objektif :

Memenuhi syarat : jika air tersebut tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa, dsimpan dalam wadah tertutup, dan jarak sumber air dengan sumur pencemaran ≥ 10 meter.

( memperoleh nilai ≥ 4 pada kuisioner )

Tidak memenuhi syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria diatas.

( memperoleh nilai <>

c. Pengelolaan sampah.

Yang dimaksud dalam pengelolaan sampah dalam penelitian ini adalah sarana untuk menyimpan sampah sementara sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Kriteria objektif :

Memenuhi syarat : jika tempat sampah terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, mempunyai penutup, mudah dibersihkan dan apabila sampah tersebut dibuang ke tempat pembuangan akhir jarak dengan sumber air ≥ 10 meter.

(Memperoleh nilai ≥ 5 pada kuisioner)

Tidak memenuhi syarat : jika tidak sesuai dengan kriteria diatas.

(Memperoleh nilai <>

d. Pengelolaan air limbah

Yang dimaksud pengelolaan limbah dalam penelitian ini adalah sistem pengaliran air limbah, yang dimiliki berupa saluran dan mempunyai penampungan air limbah yang berasal dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci.

Kriteria objektif:

Memenuhi syarat: jika mempunyai lubang dan mempunyai penutup, mempunyai saluran dan aliran lancar, jarak lubang penampung air limbah dengan sumur air minum ≥ 10 meter. (memperoleh nilai ≥ 5 pada kuisioner )

Tidak memenuhi syarat: jika tidak sesuai dengan kriteria diatas.

( memperoleh nilai <>

e. Pemanfaatan jamban keluarga

Yang dimaksud pemanfaatan jamban keluarga dalam penelitian ini adalah suatu sarana yang digunakan oleh manusia sebagai tempat untuk membuang tinja.

Kriteria objektif:

Memenuhi syarat: Bila memounyai lubang penampungan dan berbentuk cemplung dengan penutup atau berbentuk leher angsa digunakan dan dibersihkan minimal dua kali seminggu.

( Memperoleh nilai ≥ 4 pada kuisioner )

Tidak memenuhi syarat: jika tidak sesuai dengan kriteri diatas.

( memperoleh nilai <>

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survey dengan pendekatan Cross Sectional Study yaitu variabel independen dan variabel dependen diambil pada periode waktu yang sama untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian Diare di wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya Makassar.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Puskesmas Bara-baraya Makassar yang akan dilaksanakan pada bulan Mei 2010 – Juni 2010.

C. Populasi dan Teknik Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempnyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari (Sugiono, 2003).

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk yang datang berobat ke Puskesmas Bara-baraya Makassar yang menderita Diare.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti, jadi sampel dari penelitian ini adalah jumlah penduduk yang datang berobat ke Puskesmas Bara-baraya Makassar, dengan pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling.

Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus yaitu:

n =

=

=

=

=

= 192 sampel

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d = Penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketetapan yang diinginkan (0,05)

Z = Standar deviasi normal (1,96)

P = Proporsi untuk sifat yang diperkirakan terjadi pada populasi. Apa bila tidak diketahui dianggap 50% (0,5)

q = 1-p (0,5)

D. Instrument Pengumpulan Data

1. Format A digunakan untuk pertanyaan variabel karakteristik responden terdiri dari 6 item pertanyaan meliputi: nama, jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, dan anggota keluarga yang sedang menderita Diare satu bulan terakhir checklist yang dipergunakan sebagai kuisioner pembuka dan pengontrol karakteristik sampel sesuai criteria yang diinginkan.

2. Format B dipergunakan untuk mengukur variabel penyediaan air bersih dengan menggunakan skala guttman yang terdiri dari 4 item pertanyaan dengan menggunakan 2 pilihan jawaban yaitu ya = 2 dan tidak = 1 dan dikatakan memenuhi syarat apabila memperoleh nilai ≥ 4 dan tidak memenuhi syarat apabila <>

3. Format C, dipergunakan untuk mengukur variabel jamban keluarga dengan mengguakan skala guttman yang terdiri dari 4 item pertanyaan dengan menggunakan 2 pilihan jawaban yaitu ya = 2 dan tidak = 1 dan dikatakan memenuhi syarat apabila memperoleh nilai ≥ 4 pada kuisioner berdasarkan rumus yang sudah ditetapkan.

4. Format D, dipergunakan untuk mengukur variabel pengelolaan sampah dengan menggunakan skala guttman yang terdiri dari 5 item pertanyaan dengan menggunakan 2 pilihan jawaba yaitu ya = 2 dan tidak = 1 dan dikatakan memenuhi syarat apabila memperoleh nilai ≥ 5 dan tidak memenuhi syarat apabila <>

5. Format E, dipergunakan untuk mengukur variabel pengelolaan limbah dengan menggunakan skala guttman yang terdiri dari 5 item jawaban yaitu ya = 2 dan tidak = 1 dan dikatakan memenuhi syarat apabila memperoleh nilai ≥ 5 pada kuisioner berdasarkan rumus yang sudah ditetapkan.

E. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan menggunakan koesioner disertai dengan pengamatan dan penggunaan lembar checklist.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang berhubungan dengan penelitian ini.

F. Pengolahan Data

1. Editing

Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan data, memeriksa kesinambungan data dan keseragaman data.

2. Koding

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan data, semua jawaban atau data perlu disederhanakan yaitu memberikan smbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban (pengkodean).

3. Tabulasi Data

Dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan data dalam suatu tabel menurut sifat-sifat yang diiliki sesuai dengan tujuan penelitian, tabel mudah untuk dianalisa table tersebut dapat berupa table sederhana maupun tabel silang.

G. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian ditabulasi dalam tabel sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Analisa data dilakukan melalui tahap editing, koding, tabulasi, dan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Univariat dan Bivariat dengan serta menggunakan jasa komputerisasi ( Program SPSS versi 16,0).

1. Analisa univariat

Dilakukan dari tiap variabel dari hasil penelitian berupa distribusi frekwensi dan presentase dari tiap variabel.

2. Analisa bivariat

dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dengan tabulasi silang diantara semua variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan metode Chi-Square.

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perluh adanya rekomemdasidari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instani tempat penelitian dalam hal ini adalah Puskesmas Bara-baraya Makassar.

Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:

1. Informant consent

Lembar pesetujuan ini di berikan kepada respoden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian.

Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantum nama responden, tetapi responden tersebut diberikan kode.

3. Confidentality

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Penelitian ini saya lakukan di Puskesmas Bara-baraya Makassar pada hari Senin tanggal 21 juni 2010 sampai pada hari Rabu tanggal 21 juli 2010. Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang datang berobat ke Puskesmas Bara-baraya Makassar yaitu sebanyak 192 orang dengan menggunakan pendekatan Cross Setional Study yaitu variabel independen dan variabel dependen diambil pada periode waktu yang sama untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkunga dengan kejadian Diare di Puskesmas Bara-baraya Makassar.

Hasil penelitian diperoleh dengan kuisioner yang terdiri atas variabel karakteritik reponden terdiri dari 6 item pertanyaan, penyediaan air bersih terdiri dari 5 item, jamban keluarga terdiri dari 4 item partanyaan, pengelolaan sampah terdiri dari 5 item pertanyaan, dan pengelolaan limbah terdiri dari 6 item pertanyaan. Kuisioner tersebut dibagikan kepada setiap responden dan kemudian mengisinya langsung dengan didampingi oleh peneliti.

Setelah pengambilan data, data kemudian dioleh dengan SPSS 16,0.

1. Karakteristik Responden

Table 1. Karakteristik responden pada kejadian diare di puskesmas Bara-baraya Kota Makassar Tahun 2009

Karakteristik

Jumlah

Persentase

Umur

1. 20-30

2. 31-40

3. 41-50

4. 51-60

5. 61-70

20 Orang

88 Orang

62 Orang

18 Orang

2 Orang

11.5 %

45.8 %

32.3 %

9.4 %

1 %

Pendidikan

1. SD

2. SMP

3. SMA

4. D3/S1

68 Orang

51 Orang

54 Orang

19 Orang

34.5 %

26.6 %

28.1 %

9.9 %

Jenis kelamin

1. Laki- laki-

2. Perempuan

95 Orang

97 Orang

49.5 %

50.5 %

Pekerjaan

1. Buruh

2. Wiraswasta

3. Karyawan

4. PNS

92 Orang

67 Orang

13 Orang

20 Orang

47.9 %

34.9 %

6.8 %

10.4 %

Jumlah

192 Orang

100 %

Sumber : Data primer 2010

Berdasarkan tabel 1 diatas tentang karakteristik responden diperoleh data bahwa dari total 192 orang responden yang diteliti, ditinjau dari karakteristik umur. Umur 20- 30 Tahun sebanyak 20 Orang atau sebesar 11,5 %, umur 31- 40 Tahun sebanyak 88 Orang atau sebesar 45,8 %, umur 41- 50 Tahun sebanyak 62 Orang atau sebesar 32,3 %, umur 51- 60 Tahun sebanyak 18 Orang atau sebesar 9,4 %, dan untuk kelompok 61- 70 Tahun sebanyak 2 Orang atau sebesar 1 %.

Sedangkan berdasarkan karakteristik pendidikan, responden yang pendidikan terakhirnya SD sebanyak 68 Orang atau sebesar 34,5 %, SMP sebanyak 51 Orang atau sebesar 26,6 %, SMA sebanyak 54 Orang atau sebesar 28,1 %, dan untuk D3/ S1 sebanyak 19 Orang atau sebesar 9,9 %.

Berdasarkan karakteristik Jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin Laki- laki sebanyak 95 Orang atau dengan persentase sebesar 49,5 % dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 97 Orang atau dengan persentase 50,5 %.

Dari karakteristik pekerjaan, responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 92 Orang atau sebesar 47,9 %. Responden yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 67 Orang atau sebesar 34,9 %, responden yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 13 Orang atau sebesar 6,8 % dan responden PNS sebanyak 20 Orang atau sebesar 10,4 %.

2. Analisa univariat

a. Penyediaan Air Bersih

Tabel 2. Penyediaan air bersih di puskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2009

Penyediaan Air Bersih

Jumlah

Persentase

Memenuhi Syarat

128 Orang

66,7 %

Tidak memenuhi syarat

64 Orang

33,3 %

Total

192 Orang

100 %

Sumber : Data Primer 2010

Dari tabel 2 diatas tentang penyediaan air bersih dengan total sampel 192 responden, responden yang memenuhi syarat penyediaan air bersih sebanyak 128 Orang atau dengan persentase 66,7 % dan responden yang tidak memenuhi syarat penyediaan air bersih sebanyak 64 responden atau dengan persentase 33,3 %.

b. Pengelolaan Sampah

Tabel 3. Pengelolaan Sampah di puskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2009

Pengelolaan Sampah

Jumlah

Persentase

Memenuhi Syarat

90 Orang

46,9 %

Tidak memenuhi syarat

102 Orang

53,1 %

Total

192

100 %

Sumber : Data primer 2010

Dari tabel 3 diatas diperoleh data bahwa responden yang pengelolaan sampah memenuhi syarat sebanyak 90 Orang atau dengan persentase 46,9 % dan responden yang pengelolaan sampah tidak memenuhi syarat sebanyak 102 Orang atau persentase 53,1 %.

c. Pengelolaan air limbah

Tabel 4. Pengelolaan air limbah di puskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2010

Pengelolaan Air limbah

Jumlah

Persentase

Memenuhi Syarat

71 Orang

37 %

Tidak memenuhi syarat

121 Orang

63 %

Total

192 Orang

100 %

Sumber : Data primer 2010

Tabel diatas menerangkan bahwa pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat sebanyak 71 responden dengan persentase 37 % dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 121 Orang dengan persentase 63 %.

d. Pemanfaatan jamban keluarga

Tabel 5. Pemanfaatan jamban keluarga di puskesmas bara-baraya Kota Makassar Tahun 2010

Pemanfaatan Jamban keluarga

Jumlah

Prsentase

Memenuhi Syarat

81 Orang

42,2 %

Tidak memenuhi syarat

111 Orang

57,8 %

Total

192 Orang

100 %

Sumber : Data primer 2010

Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa pemanfaatan jamban keluarga yang memenuhi syarat sebanyak 81 Responden dengan persentase 42,2 % dan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 111 responden dengan persentase 57,8 %.

e. Kejadian Diare

Tabel 6. Kejadian diare di puskesmas bara-baraya Kota Makassar Tahun 2010

Kejadian diare

Jumlah

Persentase

Diare

110 Orang

57,3 %

Tidak Diare

82 Orang

42,7 %

Total

192 Orang

100 %

Sumber : Data primer 2010

Dari tabel diatas diperoleh hasil bahwa dari 192 responden, terdapat 110 Orang yang diare dengan perentase 57,3 % dan yang tidak diare sebanyak 82 Orang dengan perentase 42,7 %.

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah, dan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare. Hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

a. Hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare

Tabel 7. Hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare di puskesmas bara- baraya Kota Makaasar Tahun 2010

Penyediaan air bersih

Kejadian diare

diare

Tidak diare

Total

n

%

n

%

n

%

Memenuhi Syarat

51

26,6

77

40,1

128

66,7

Tidak memenuhi syarat

59

30,7

5

2,6

64

33,3

Total

110

57,3

82

42,7

192

100

Sumber : Data primer 2010 p = 0,000

Dari tabel diatas diperoleh data bahwa responden yang penyediaan air bersih memenuhi syarat dan mengalami diare adalah sebanyak 51 responden dengan persentase 26,6 %, sedangkan yang tidak diare adalah sebanyak 77 responden dengan persentase 40,1 % dan responden yang penyediaan air bersih tidak memenuhi syarat dan menyebabkan diare adalah sebanyak 59 responden dengan persentase 30,7 %, sedangkan yang tidak diare adalah sebanyak 5 responen dengan persentase 2,6 %. Berarti total responden yang pengelolaan air bersih tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 64 responden dengan persentase 33,3 % sedangkan yang memenuhi syarat adalah sebanyak 128 responden dengan persentase 66,7. Dimana nilai p adalah 0,000.

b. Hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare

Tabel 8. Hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare di puskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2010.

Pengelolaan sampah

Kejadian diare

diare

Tidak diare

Total

n

%

n

%

n

%

Memenuhi Syarat

27

14,1

63

32,8

90

46,9

Tidak memenuhi syarat

83

43,2

19

9,9

102

53,1

Total

110

57,3

82

42,7

192

100

Sumber : Data primer 2010 p = 0,000

Tabel diatas menjelaskan bahwa pengelolaan sampah yang memenuhi syarat dan terjadi diare 27 responden dengan persentase 14,1 %, sedangkan yang tidak diare adalah sebanyak 63 responden dengan persentase 32,8 % dan yang tidak memenui syarat pengelolaan sampah dan terjadi diare adalah sebanyak 83 responden dengan persentase 43,2 % dan yang tidak diare sebanyak 19 responden dengan persentase 9,9 %. Berarti total responden yang memenuhi syarat pengelolaan sampah adalah sebanyak 90 responden dengan persentase 46,4 % dan yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 102 responden dengan persentase 53,1 %. Dan nilai p adalah 0,000.

c. Hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare

Tabel 9. Hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare di puskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2010.

Pengelolaan air limbah

Kejadian diare

diare

Tidak diare

Total

N

%

n

%

n

%

Memenuhi Syarat

17

8,9

54

28,1

71

37

Tidak memenuhi syarat

93

48,4

28

14,6

121

63

Total

110

57,3

82

42,7

192

100

Sumber : Data primer 2010 p = 0,000

Tabel diatas menjelaskan bahwa pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat dan terjadi diare adalah sebanyak 17 responden dengan persentase 8,9 %, sedangkan yang tidak diare adalah sebanyak 54 responden dengan persentase 28,1 % dan pengelolaan air limbah yang tidak memenuhi syarat da terjadi diare adalah sebanyak 93 responden dengan persentase 48,4 % dan yang tidak diare adalah sebanyak 28 responden dengan persentase 146 %. Jumlah keseluruhan pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat adalah sebanyak 71 responden dengan persentase 37 % dan yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 121 responden dengan persentase 63 %. Dan nilai p adalah 0,000.

d. Hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare

Tabel 10. Hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare di puskesmas bara- baraya Kota Makassar tahun 2010.

Pemanfaatan jamban keluarga

Kejadian diare

diare

Tidak diare

Total

n

%

n

%

n

%

Memenuhi Syarat

15

7,8

66

34,4

81

42,2

Tidak memenuhi syarat

95

49,5

16

8,3

111

57,8

Total

110

57,3

82

42,7

192

100

Sumber : Data primer 2010 p = 0,000

Tabel diatas menjelaskan bahwa pemanfaatan jamban keluarga yang memenuhi syarat dan terjadi diare adalah sebanyak 15 responden dengan persentase 7,8 %, sedangkan yang tidak diare adalah sebanyak 66 responden dengan persentase 34,4 % dan pemanfaatan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat dan terjadi diare adalah sebanyak 95 responden dengan persentase 49,5 %, sedangkan yang tidak diare sebanyak 16 responden dengan persentase 8,3 %. Total pemanfaatan jamban keluarga yang memenuhi syarat adalah 81 responden dengan persentase 42,2 %, sedangkan pemanfaatan jamaban keluarga yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 111 dengan persentase 7,8 %. Nilai p adalah 0,000.

B. Pembahasan

1. Hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare

Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak memenuhi syarat penyediaan air bersih lebih sedikit dibandingkan yang memenuhi syarat yaitu 64 berbanding 128 responden. Bila dihubungkan dengan kejadian diare, responden yang penyediaan air bersih memenuhi syarat dan mengalami diare lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak diare. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat penyeiaan air bersih lebih banyak diare dibandingkan dengan responden yang tidak diare.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa penyediaan air bersih berdasarkan data penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare dipuskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2010, yaitu responden yang penyediaan air bersih tidak memenuhi syarat kejadian diare meningkat atau tinggi sedangkan responden yang penyediaan air bersih memenuhi syarat angka kejadian diare rendah atau lebih banyak tidak diare.

Menurut asumsi peneliti, pengaruh penyediaan air bersih terhadap kejadian diare yaitu dikarenakan pada penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat kuman patogen masih terdapat pada air tersebut yang kemudian dionsumsi sebagai air layak minum dan bersih sehingga dapat menyebabkan kejadian diare.

Dari data tersebut juga didapatkan responden yang penyediaan air bersih tidak memenuhi syarat dan tidak diare yaitu sebanyak 5 responden, hal ini dikarenakan walaupun air yang dikonsumsi tidak memenuhi syarat penyediaan air bersih tetapi ada faktor lain yang ketika hal tersebut dapat dimaksimalkan akan mengurangi resiko diare, misalnya pengelolaan sampah, air limbah maupun pemenfaatan jamban keluarga.

Hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 51 responden yang penyediaan air bersih memenuhi syarat namun menyebabkan diare, asumsinya sama dengan penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat dan tidak menyebabkan diare. Yaitu selain faktor penyediaan air bersih terdapat faktor sanitasi lingkungan yang lain yang menjadi faktor resiko kejadian diare, misalnya pengelolaan sampah, pemanfaatan jamban keluarga dan pengelolaan air limbah. Ketika hal tersebut tidak dapat dimaksimalkan akan menjadi faktor resiko kejadian diare, demikian juga sebaliknya.

Hasil uji pearson chi-square dengan hasil kemaknaan α = 0,05 dimana hasil penelitian diperoleh p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < α atau 0,000 <>

2. Hubungan pengelolaan sampah dengan kejadian diare

Data penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang memenuhi syarat lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak memenuhi syarat, dari keseluruhan responden yang pengelolaan sampah memenuhi syarat ada yang menyebabkan diare dan ada yang tidak menyebabkan diare. Yang tidak menyebabkan diare lebih banyak dibandingkan yang diare. Sedangkan pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat dan menyebabkan diare kejadiannya lebih banyak dibandingkan yang tidak diare.

Hal tersebut memberikan gambaran bahwa pengelolaan sampah berpengaruh terhadap kejadian diare, hal tersebut terlihat dari angka kejadian diare yang lebih banyak terjadi pada responden yang tidak memenuhi syarat pengelolaan sampah demikian pula sebaliknya, yang tidak diare lebih banyak yang memenuhi syarat pengelolaan sampah.

Menurut asumsi peneliti, pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat menyebabkan lebih banyak diare karena sampah yang tidak diolah atau dibuang sembarangan dapat menjadi tempat yang baik bagi perkembangbiakan serangga dan mikroorganisme, serangga sebagai pembawa mikroorganisme patogen dapat menyebarkan mikroorganisme kemana- mana sehingga menjadi resiko kejadian diare.

Ada juga responden yang pengelolaan sampah memenuhi syarat namun menyebabkan diare, hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa kejadian suatu penyakit, misalnya diare terjadi bukan karena satu faktor akan tetapi ada faktor lain yang turut menjadi resiko terjadinya diare. Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat bukanlah jaminan untuk tidak terjadinya diare, namun faktor lain juga berpengaruh. Inilah yang terlihat pada penelitian ini.

Responden yang lain yang pengelolaan sampah tidak memenuhi syarat namun tidak menyebabkan diare juga terdapat pada penelitian ini, asumsinya sama yaitu meskipun pengelolaan sampah yang tidak memenuhi syarat namun ketika faktor sanitasi lingkungan yang lain maksimal akan mengurangi resiko kejadian diare

Hasil uji pearson chi-square dengan hasil kemaknaan α = 0,05 dimana hasil penelitian diperoleh p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < α atau 0,000 <>

3. Hubungan pengelolaan air limbah dengan kejadian diare

Selain faktor penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah juga menjadi faktor resiko kejadian diare. Hasil penelitian dipuskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2010 menunjukkan hasil bahwa responden yang pengelolaan air limbah tidak menenuhi syarat menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan yang memenuhi syarat.

Pengelolaan air limbah yang tidak memenuhi syarat dan menyebakan diare jauh lebih tinggi dari pada yang tidak diare. Sedangkan pengelolaan air limbah yang memenuhi syarat dan tidak menyebabkan diare angkanya lebih tinggi dari pada yang diare. Hasil ini menunjukkan pengaruh pengelolaan air limbah terhadap kejadian diare secara jumlah dimana yang tidak memenuhi syarat banyak menyebabkan terjadi diare sedangkan yang memenuhi syarat banyak tidak diare.

Pengaruh pengelolaan air limbah terhadap diare terjadi karena air limbah atau air kotor yang dibuang begitu saja tanpa pengelolaan yang baik akan menjadi tempat yang baik sebagai tempat berkembangbiaknya vector pembawa bakteri yang menyebabkan diare sehingga menimbulkan bahaya kontaminasi bagi orang atau masyarakat yang mempergunakan air permukaan untuk keperluan sehari- hari. Sehingga yang menggunakan air yang mengandung bakteri penyebab diare untuk kehidupan sehari- hari menjadi rentan mengalami diare.

Penelitian juga mendapatkan hasil bahwa ada juga responden yang pengelolaan air imbah tidak memenuhi syarat namun tidak menyebabkan diare, menurut analisa peneliti hal tersebut karena pengelolaan air limbah yang tidak memenuhi syarat jika diimbangi dengan maksimalnya faktor sanitasi yang lain, misalnya air bersih, pengelolaan sampah yang maksimal akan menurunkan resiko kejadian diare.

Namun sebaliknya meskipun pengelolaan air limbah memenuhi syarat juga dapat menyebabkan diare sebagaimana yang terjadi pada penelitian ini, hal tersebut karena ketidak mampuan memaksimalkan faktor resiko yang lain yang juga dapat menyebabkan kejadian diare, misalnya air bersih dan pengelolaan sampah.

Hasil uji pearson chi-square dengan hasil kemaknaan α = 0,05 dimana hasil penelitian diperoleh p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < α atau 0,000 <>

4. Hubungan pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare

Faktor yang terakhir yang juga dapat menyebabkan kejadian diare, yaitu pemanfaatan jamban keluarga. Penelitian yang dilakukan di wilayah puskesmas bara- baraya Kota Makassar Tahun 2010 memberikan hasil bahwa pemanfaatan jamban kelurga yang tidak memenuhi syarat lebih banyak dari pada yang memenuhi syarat.

Pemanfaatan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat ada yang menyebabkan diare dan ada yang tidak, dimana yang menyebabkan diare lebih banyak dibandingkan yang tidak diare. Sedangkan yang memenuhi syarat juga ada yang diare dan ada yang tidak diare, dimana yang tidak diare lebih banyak dibandingkan yang diare.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan jamban keluarga memberikan pengaruh terhadap kejadian diare, dimana yang tidak memenuhi lebih banyak menyebabkan diare sedangkan yang memenuhi syarat banyak yang tidak diare.

Pengaruhnya adalah pembuangan kotoran yang tidak maksimal dapat mengotori tanah dimana tanah dapat menjadi media penyebaran bakteri yang terdapat pada kotoran, mengotori air yang juga dapat menyebarkan bakteri terlebih air banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Selain itu kotoran juga dapat dijangkau oleh kecoa, lalat dan binatang lainnya yang juga dapat menyebarkan bakteri. Bakteri yang menyebar dan masuk ke tubuh manusia akan memebrikan dampak, salah satunya menyebabkan diare. Pemanfaatan jamban kelurga akan menghindarkan dari semua hal tersebut sehingga meminimalkan resiko diare.

Ada juga responden yang pemanfaatan jamban keluarga tidak memenuhi syarat namun tidak menyebabkan diare, hal tersebutkan dikarenakan faktor pemanfaatan jamban keluarga merupakan salah faktor dan ada faktor yang lain, ketika faktor lain dapat dimaksimalkan akan mengurangi resiko kejadian diare.

Sebaliknya responden yang pemanfaatan jamban kelurga memenuhi syarat namun menyebabkan diare juga terjadi, hal tersebut juga membuktikan bahwa ada faktor lain yang menyebabakan diare selain pemanfaatan jamban keluarga, misalnya air bersih, smapah dan air limbah.

Hasil uji pearson chi-square dengan hasil kemaknaan α = 0,05 dimana hasil penelitian diperoleh p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < α atau 0,000 <>

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare dipuskesmas Bara-baraya Kota Makassar Tahun 2010

2. Ada hubungan antara pengelolaan sampah dengan kejadian diare dipuskesmas Bara-baraya Kota Makassar Tahun 2010

3. Ada hubungan antara pengelolaan air limbah dengan kejadian diare dipuskesmas Bara-baraya Kota Makassar Tahun 2010

4. Ada hubungan antara pemanfaatan jamban keluarga dengan kejadian diare dipuskesmas Bara-baraya Kota Makassar Tahun 2010

B. Saran

Ada beberapa saran yang dapat diberikan menanggapi hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu :

1. Perlunya dilakukan penyuluhan terhadap masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah puskesmas bara- baraya Kota Makassar mengenai pentignya sanitasi lingkungan misalnya penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah dan pemanfaatan jamban keluarga serta dampaknya terhadap kesehatan salah satunya adalah dapat menyebabkan diare

2. Menyarankan kepada pemerintah untuk memenuhi keterbatasan masyarkat dalam upaya memaksimalkan sanitasi lingkungan.













1 komentar:

  1. mas boleh minta alamat emailnya ga, mau nanya tentang penelitian ini.

    terimakasih.

    BalasHapus